Selasa, 31 Mei 2011

Hidup di Negeri “Fantasi”


Indonesia, di usianya yang ke 65 tahun Indonesia seharusnya sudah dapat bersaing dengan Negara-negara lain minimal di kawasan ASEAN. Tapi menurut saya dari tahun ke tahun Indonesia selalu mengalami kemunduran dari segi ekonomi sampai olahraga, bayangkan pada kejuaraan Sudirman Cup, Indonesia harus mengakui keunggulan Denmark. "Ini yang berbeda dengan zaman kami dulu dimana pemain junior saling berlomba-lomba masuk pelatnas saat pemain senior mulai turun prestasinya," kata Hermawan yang meraih medali perunggu tunggal putra saat Olimpiade Barcelona tahun 1992. Ya, itu salah satu contoh tentang apa yang terjadi di Negara kita.
Masyarakat kita dikenal dengan orang-orangnya ramah, sopan, murah senyum. Tapi dibalik senyum tersebut ada hal yang kadang-kadang bersifat menyindir seperti contoh saya dan beberapa teman makan di sebuah restoran, kebetulan teman saya ada yang ulang tahun. Pada saat selesai makan dan ingin membayar tiba-tiba saja teman saya lupa membawa dompet, teman sayapun panik takut dikiranya dompetnya hilang kemudian seorang pelayan berkata “kalo gak mampu gga usah makan di sini mas”. Apa ekspresi dari pelayan tersebut ? dia tersenyum J.
Belum lagi budaya korupsi yang sudah menjalar ke berbagai macam instansi-instansi. Tidak usah kita berbicara dulu tentang Gayus, Nazaruddin ataupun Melinda Dee. Hal-hal yang kecil saja seperti contoh uang kembalian yang jumlahnya tidak seberapa masih saja di korupsi. Saya membaca di suatu surat kabar, pada forum suara warga ada laporan tentang seorang karyawati yang membeli tiket KRL AC Ekonomi tujuan Bekasi dari stasiun Kota. Harga tiket tersebut Rp 4.500, dia membayar dengan uang Rp 50.000 dan harusnya kembaliannya adalah Rp 40.500, tapi karena terburu-buru karena kereta ingin berangkat maka dia tidak menghitung lagi dan baru sadar pada saat di kereta, saat itu kembaliannya hanya Rp 30.500, kurang sepuluh ribu. Inilah masyarakat Indonesia kebiasaan melakukan korupsi sepertinya tidak dapat dihindari bila ada kesempatan.
Masyarakat Indonesia cinta rupiah. Ya memang benar masyarakat kita sangat cinta kepada rupiah sampai-sampai segala hal harus disertai dengan rupiah sebagai alat pelicin untuk mempermudah urusan-urusan seseorang.
Masih banyak hal-hal yang bisa diangkat dari negeri Fantasi. Segala hal yang tadinya hanya hayalan, bias menjadi mungkin di negeri fantasi. Mirip Dunia Fantasi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes